[ Senin, 29 September 2008 ] [ Senin, 29 September 2008 ] (RADAR TULUNGAGUNG)
Jamaah Al Muhdlor Tulungagung yang Berlebaran Lebih Awal
Pertama Kali Salat Id Dikawal Polisi, Hari Ini Mulai Puasa Syawal
Jamaah Al Muhdlor sudah berlebaran kemarin. Ini adalah kali pertama melaksanakan Salat Id dikawal polisi dan dipelototi wartawan. Bagaimana suasananya?
Choirurrozaq-RaTu
----------
Di Masjid Nur Muhammad di Desa Wates, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, berkumpul beberapa orang. Mereka hendak melaksanakan Salat Id. Meski begitu, tak terdengar takbir mengagungkan nama Allah kemarin pagi. Di dalam masjid yang megah dengan satu menara menjulang tinggi itu terdapat sekitar 50 jamaah.
Wartawan koran ini tiba di serambi masjid bersama dengan petugas Polsek Sumbergempol sekitar pukul 05.30. Seorang pria yang memakai sarung bermotif kotak coklat dan baju serta kopyah putih menyapa dengan ramah. Di adalah Ali Mashud. "Dari mana?" tanya Ali sembari menyalami para tamu.
Ketika polisi dan wartawan menyatakan tujuannya, raut Ali Mashud berubah. Terkesan dia kebingungan. Meski begitu, dia cepat menguasai keadaan. Setelah berbincang-bincang, Ali mengaku bahwa di masjid akan berlangsung Salat Id. "Iya, kami akan melaksankan Salat Id. Saya juru adzannya," ujar pria yang mengaku menantu dari pendiri Yayasan Habib Ahmad bin Salim Al Muhdlor.
Saat para pemburu berita meminta izin untuk mengambil gambar suasana Salat Id, Ali selalu mengahalang-halangi. "Ibarat orang mau ibadah, kita itu belum memakai sarung. Masih memakai celana pendek saja. Kami belum siap," ujarnya.
Selama perbincangan berlangsung, sesekali tampak jamaah Al Muhdlor mendongakkan kepala dari balik celah pintu masjid. Sekitar 15 menit kemudian suasana tampak hening. Hanya beberapa anak kecil yang bergurau sambil berlarian.
Tak berselang lama kemudian beberapa orang keluar dari masjid. Ali pun minta izin akan menjadi juru adzan. Namun, sesaat kemudian Ali balik lagi menemui tamunya. "Ternyata salatnya sudah selesai," kata Ali.
Mendengar perkataan Ali, para wartawan segera mengabadikan yang tersisa dari Salat Id. Di dalam masjid terdapat dua kelompok kecil yang berpisah. Kelompok pria berjajar di selatan masjid. Kelompok wanita berada di serambi masjid.
Para jamaah berusaha menutupi wajahnya dari jepretan kamera wartawan. "Isin (malu), nanti dilihat orang banyak," celetuk salah seorang ibu yang tidak mau menyebut namanya.
Rupanya mereka menunggu kenduri Syawal, tradisi yang masih banyak dilakukan di pedesaan. Setelah semua jamaah Muhdlor berkumpul, lalu salah seorang dari mereka memimpin doa. Dilanjutkan pembagian makanan yang dibawa sebelumnya oleh masing-masing jamaah.
"Besok sudah mulai puasa lagi, puasa Syawal," kata Kusriah,
salah seorang jamaah sambil menyantap makanan hasil pembagian kenduri. Usai makan, para jamaah membubarkan diri. Masjid Nur Muhammad pun kembali sepi. ***
Rabu, 22 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar